Rabu, 27 Mac 2013



TARIAN REOG PONOROGO 


 PESEMBAHAN YANG MENARIK DARI ANGGOTA INDOBATT
 PENUH DENGAN AKSI YANG MEMUKAU
BUDAYA YANG MASIH DIAMALKAN HINGGA KINI


Sejarah Tarian Reog Ponorogo

Sejarah Tarian Reog Ponorogo mungki agan semua sudah banyak  yang tahu mengenai
tarian yang satu ini dengan banyak unsur magis di dalamnya, sedikit tahu tentang
 reog bisa di baca dibawah ini yang saya cuplik dari wikipedia langsung.
kita perlu menjaga dan melestarikan budaya Indonesia sebagai adat istiadat
ciri khas bangsa Kita sebelum diakui oleh bangsa Lain.?
 termaruk Pakaian Adat dan Rumah Adat

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak,
dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan.
Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental
dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
SEJARAH TARIAN REOG PONOROGO


Pertunjukan reog di Ponorogo tahun 1920. Selain reog, terdapat pula
 penari kuda kepang dan bujangganong.

Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat
tentang asal-usul Reog dan Warok , namun salah satu cerita yang paling
terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu,
seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi,
Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15.
 Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit
yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam
pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit
akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni
bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri,
dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan
menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali.
 Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan
 maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog,
yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya.
 Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat
lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang
dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi,
 dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang
 menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas
 segala gerak-geriknya.

Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari
gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan
 Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok,
 yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu,
 sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari
 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.

Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil
tindakan dan menyerang perguruannya,
pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi,
 dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok.
 Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam.

Walaupun begitu,
kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah
 cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri,
 Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh
 Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari
merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan
Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan.

Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara
 Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo,
dan mengadu ilmu hitam antara keduanya,
para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi
 warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya.
 Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang
terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga.
Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang
\tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya
 garis keturunan yang jelas.
mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.




Tiada ulasan:

Catat Ulasan